BAB 1.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hama pasca panen merupakan salah satu faktor
yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang
disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama
gudang yang dapat merugikan. Hama pasca panen yang banyak menimbulkan kerugian
adalah tikus gudang (Rattus diardi) dan golongan serangga. Kerugian yang
ditimbulkan oleh hama pasca panen ini berupa penurunan kualitas dan kuantitas
yaitu kerusakan bentuk, aroma, tercampur kotoran, daya tumbuh, nilai gizi dan
nilai sosial ekonomi materi yang disimpan (Syamsuddin, 2008).
Secara umum serangga pengganggu yang terjadi pada produk pascapanen adalah
merup[akan investasi laten atau bagian stadia pertumbuhannya telah ada dalam
buah sebelum dipanen. Seperti contohnya lalat buah meletakkan telurnya di dalam
buah saat masih di kebun dan produk tersebut masih relative muda. Telur tidak
dapat tumbuh dan berkembang karena kondisi lingkungan belum memungkinkan
seperti keasaman yang tinggi. Namun setelah dipanen dimana produk masuk pada periode
pemasakan maka telur akan menetas dan berkembang menjadi larva atau ulat yang
sangat tidak dapat diterima oleh konsumen apabila dijual terlebih lagi di
ekspor. Walau terjadi perkembangan pasar bebas secara global sekarang ini namun
Phytosanitary Restriction (PR) berlanjut membatasi perdagangan.
Pengendalian serangga pascapanen adalah sangat kritis untuk perdagangan
internasional. Tujuan pengendalian ini adalah untuk melindungi darah-daerah
industri pertanian dari introduksi hama serangga perusak. Pengembangan
p[erlakuan khusus untuk komoditi dan serangga tertentu memerlukan banyak data
penelitian. Waktu yang dibuthkan untuk pengembangan perlakuan hama serangga
sampai dapat diterima secara komersial membutuhkan waktu cukup panjang (5-10
tahun) (Supartha Utama, 2006).
Carpophilus hemipterus L.(Driedfruit beetle) adalah hama
utama pada simpanan kurma, anggur, apel, jeruk, kismis, ara dan pisang sehingga
mengakibatkan kehilangan hasil secara kuantitas dan kualitas. Akan tetapi pada
saat ini C. hemipterus pada simpanan kacang tanah. Oleh karena itu
penelitian tentang beberapa aspek biologi C. hemipterus pada kacang
tanah diharapkan dapat
memberikan
informasi dasar untuk penerapan pengendalian yang tepat. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mempelajari beberapa aspek biologi hama C. hemipterus
pada simpanan kacang tanah varietas lokal kepanjen yang meliputi perilaku
kawin imago, ukuran, bentuk, berat, warna dan lama masing-masing stadium dan
mengetahui penurunan berat akibat infestasi C. hemipterus pada simpanan
kacang tanah varietas lokal kepanjen dengan populasi awal yang berbeda (Fitriya
dwi handayani, 2008).
Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan kasus yang paling
sering terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan dari bahan baku dan
menyebabkan kerusakan lapisan pelindung bahan. Selain kerusakan secara fisik,
karena sifat serangga yang suka bermigrasi, serangga juga dapat memindahkan
spora jamur perusak bahan pakan dan membuka jalan bagi kontaminasi jamur atau
kapang yang menghasilkan mikotoksin. Serangga perusak bahan pakan antara lain
ngengat, penggerek dan kumbang. Kumbang padi karatan (Cryptolestes ferrugineus)
merusak gabah, beras, jagung dan biji-bijian lain. Kumbang dan larva biasa
memakan lembaga dan merusak bagian tengah biji. Bahan baku yang diserang
menjadi berjamur dan berbau apek.
Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan dengan panjang 2-3 mm. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-dewasa) selama 21 hari pada suhu 31oC dan kadar air 14.5% (Suparjo, 2011).
Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan dengan panjang 2-3 mm. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-dewasa) selama 21 hari pada suhu 31oC dan kadar air 14.5% (Suparjo, 2011).
Penyimpanan merupakan salah satu tahapan pasca panen yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil yang besar tidak hanya karena
penanganan/pengelolaan yang tidak benar tetapi juga karena lamanya waktu
penyimpanan sehingga memudahkan berkembangnya hama. Perkembangan hama pasca
panen sangat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan, keadaan komoditas yang
disimpan dan keadaan lingkungan fisik. Banyaknya komoditas yang disimpan yang
bercampur dengan komoditas lainnya sangat menguntungkan kehidupan hama pasca
panen karena penyimpanan merupakan tempat penimbunan yang berfungsi secara
terus menerus atau hanya kosong dalam waktu singkat.
Hama pasca panen dapat beradaptasi dengan baik untuk dapat berkembang pada sisa komoditas, selama transportasi dan fasilitas pengolahan. Adaptasi tersebut termasuk kemampuan untuk dapat berkembang pada berbagai komoditas ataukah kemampuan untuk mencari makan, kawin dan meletakkan telur. Semua faktor-faktor ini merupakan hal yang sangat penting terutama dalam pengelolaan hama pasca panen.
Pengelolaan hama pasca panen adalah kegiatan yang mengatur keadaan lingkungan hama pasca panen yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan perkembangan populasi hama. Dalam pengelolaan hama pasca panen maka factor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan hama pasca panen perlu dikelola atau diatur sehingga keberadaan hama menjadi berkurang(Sylvia sjam, 2007).
Hama pasca panen dapat beradaptasi dengan baik untuk dapat berkembang pada sisa komoditas, selama transportasi dan fasilitas pengolahan. Adaptasi tersebut termasuk kemampuan untuk dapat berkembang pada berbagai komoditas ataukah kemampuan untuk mencari makan, kawin dan meletakkan telur. Semua faktor-faktor ini merupakan hal yang sangat penting terutama dalam pengelolaan hama pasca panen.
Pengelolaan hama pasca panen adalah kegiatan yang mengatur keadaan lingkungan hama pasca panen yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan perkembangan populasi hama. Dalam pengelolaan hama pasca panen maka factor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan hama pasca panen perlu dikelola atau diatur sehingga keberadaan hama menjadi berkurang(Sylvia sjam, 2007).
1.2
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum Teknologi Panen Dan Pascapanen bagian
Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan acara “Bioekologi Hama Pascapanen” adalah
untuk memahami morfologi serangga hama pascapanen, cara penyerangan serangga
hama pascapanen dan gejala yang ditimbulkan oleh serangga hama pascapanen.
BAB II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Teknologi Panen
dan Pascapanen bagian Hama dan Penyakit Tumbuhan dengan acara “Bioekologi Hama
Pascapanen” dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Jum’at, 22
Nopember 2013 pukul 14.00 sampai 16.00 WIB.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1
Mikroskop
2
Pensil
3
Cawan petri
4
Penggaris
2.2.2 Bahan
1
Jenis biji-bijian yang terserang hama
2
Kertas HVS 5 lembar
2.3 Cara Kerja
1
Menyiapkan alat dan bahan
2
Menentukan jenis biji-bijian yang
diserang hama pascapanen
3
Mengamati biji-bijian yang terserang
hama pascapanen dibawah mikroskop
4
Mengenali jenis serangan hama
pascapanen, serta menggambar hama pascapanen di kertas HVS.
5
Melengkapi dengan keterangan jenis
serangan serta akibat yang ditimbulkan
BAB III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Dari praktikum Teknologi Panen dan Pasca Panen dengan acara “Bioekologi Hama
Pasca Panen” di peroleh pemahaman mengenai jenis serangga hama yang sering
menyerang produksi pertanian ketika disimpan dalam gudang. Serangga hama
tersebut yakni meliputi Kumbang beras (Sitophilus oryzae).
Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah
memiliki mata, antena, thoraks, tanduk, kaki, kepala, sayap,
abdomen dan ofipositor. Dan memiliki bentuk tubuh kecil dan
memanjang. Larva biasanya bersembunyi di dalam padi- padian dan
biji lainnya tempat ia menjadi kepompong Tidak berkaki Dewasa panjang
2-3mm. Lekukan melingkar di rongga dada Bintik kemerahan pada erytra dan
rostrum/moncong.
Sistematika atau klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae)
adalah sebagai berikut yaitu
Kingdom Animalia, Fillum Arthropoda, Class Insecta,
Ordo
Coleopteran , Famili Cucrlionidae ,
Genus Sitophilus , dan Species Sitophilus
oryzae.
Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus
oryzae) adalah pada butir-butir beras yang terserang akan terdapat
goresan pada bagian-bagian samping beras. Dan apabila tahap serangannya
sudah lama maka butir-butir beras akan menjadi
hancur.
Pengendalian Kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah biasanya
digunakan dengan cara Fumigasi PH3, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap UV.
Pemanasan ruangan/ heating, Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita
bisa menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti
daun dan biji srikaya atau juga biji saga. Dan juga menjaga kebersihan
gudang Menjaga suhu dan kelembaban gudang, Kemasan kedap udara, Menurunkan
tingkat kadar air, Mencegah kutu datang, dan Meningkatkan derajat sosoh.
Araecerus fasciculatus De Geer. Kumbang ini juga disebut areca nut weevil.
Kumbang yang dari ordo Coleoptera (Anthribidae) ini memiliki ukuran 3-5 mm.
Protoraks dan elitra memiliki bercak-bercak kecil berwarna coklat atau coklat
keabu-abuan yang lebih terang. Elitra lebih pendek daripada abdomen. Antena
capitat/menggada, tarsi 5 segmen dan panjang keseluruhan tarsi sama atau
melebihi panjang tibia. Mirip famili bruchidae. Awalnya dikenal sebagai hama
kopi dan kakao, namun dapat pula menyerang beragam bahan simpan terutama yang
berkadar air tinggi seperti jagung, kokoa, biji kopi, buah-buahan kering, jahe.
Serangga ini bersifat kosmopolitan dan banyak ditemukan di daerah tropika.
telur berupa ovoid,pucat dan permukaannya berlekuk tak teratur.
Larvanya berambut, berwarna keputihan, bagian toraks membesar. Ukuran 5-6 mm.
Berpupa dalam biji. Imago berumur 17 minggu dalam kondisi optimum
(>80% RH), penyebaran utama kemungkinan karena transportasi. Pada kondisi
optimum yaitu suhu 28oC dan kelembapan 70%, lama perkembangan dari telur hingga
dewasa adalah 46-66 hari. Serangga dewasa aktif terbang dan mampu bertelur
rata-rata 50 butir.
Tribolium casteneum Hbst dan T. confusum J. du Val. Hama ini tersebar luas di
seluruh dunia. Hama ini merupakan hama penting karena hampir ditemukan di
seluruh gudang di Indonesia. Kumbang ini dikenal sebagai kumbang tepung.
Tribolium spp. menyerang beras, jagung, sorghum tepung terigu, kakao, kopra,
kacang tanah, gaplek dan rempah-rempahan. Pada material yang keras hama ini
biasanya menjadi perusak sekunder setelah ada hama lain atau adanya kerusakan
mekanis.
Morfologi
dan biologi
Serangga dewasa bentuknya pipih, memanjang berukuran 3-4 mm. Warnanya
merah kecoklatan sampai coklat gelap. Kedua bspecies apat dibedakan berdasarkan
bentuk sungut. Pada T. castaneum bentuk sungut kapitat atau tiga ruas sungut
bagian ujung membesar secara mendadak, sedangkan T. confusum bertipe klavat
atau sungut membesar ke ujung secara bertahap. Disamping itu dapat dibedakan
bagian mata. Bagian mata tersempit pada T. castaneum tidak tertutup dan terdiri
dari 3–4 mata facet, sedangkan T. confusum hanya 1–2 mata facet. Telurnya
lonjong berwarna putih keruh, panjangnya 1,5 mm.Larva berbentuk pipih memanjang
berwarna putih kekuningan dan pada bagian ujung abdomen terdapat tonjolan
berbentuk garpu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Panjang larva instar
akhir 5 –6 mm. Larva mempunyai tungkai thorakal yang digunakan untuk bergerak.
Pupa bertipe bebas, berwarna putih kekuningan, panjangnya 3, 5 mm
Oryzaephilus surinamensis (L.) O. surinamensis merupakan serangga kosmoplitan.
Serangga ini biasanya berperan sebagai hama sekunder untuk serelia dan
produk-produknya. Beberapa Suharto-hpt unej 2010 15 komoditas yang diserang
meliputi kopra, rempah-rempah, buah-buahan yang dikeringkan, kacang tanah, biji
kakao, beras dan lain-lain.
Morfologi
dan biologi
Serangga dewasa mempunyai bentuk tubuh pipih memanjang dengan warna
coklat terang sampai coklat gelap. Bentuk kepala segitiga. Panjang tubuh
2,5-3,5mm. Pada bagian sisi kiri dan kanan pronotum terdapat gerigi yang
masing-masing jumlahnya enam buah. Di bagian dorsal pronotum nampak tiga garis
tebal. Pada elitra terlihat garis-garis membujur yang jelas(Gambar 9). Telur
bulat panjang berwarna putih. Larva berbentuk pipih memanjang berwarna putih
kekuningan dengan kepala berwarna coklat. Panjang tubuh larva 3,5–4 mm. Pupa
terselimuti kokon yang terbuat dari sisa gerekan dan bahan berukuran kecil
lainnya. Panjang pupa kurang lebih 3 mm
Carpophilus spp (F.) Di Indonesia terdapat beberapa species yaitu C. dimidiatus
(F.) pada simpanan buah-buahan, C. bifenestyralis Murr.dan C. flavipes Murr.
terdapat di Sumatra Utara sebagai bubuk kopi dan di Sulawesi sebagai perusak
jagung dan kopra C. hemipterus L. ditemukan di daerah Sulawesi pada kopra dan
terdapat pada kopra di Jawa C. humeralis F. pada kopra di Jawa.
Morfologi
dan biologi
Serangga dewasa berukuran berukuran 3-5 mm, berwarna kelabu hitam,
coklat tua sampai hitam. Elitra tida menutupi seluruh abdomen sehingga ujung
abdomen tampak dari arah dorsal. Elitra ditutupi oleh rambut-rambut jarang.
Tiga ruas sungut membesar seperti pemukul gong (Gambar 15). Larva berbulu
pendek dan jarang, mempunyai tungkai yang digunakan untuk bergerak aktif. Pada
pertumbuhan penuh panjangnya 5-7 mm. Pada imago C. Hemipterus elitranya
terdapat gambaran warna kuning. Species Carpophilus kecuali merusak kopra,
biasanya merusak simpanan bahan-bahan yang mengandung minyak seperti kacang
tanah, bungkil dan sebagainya. Pada kopra serangannya biasanya bersama hama
lain kopra seperti Necrobia, Oryzaephilus, Ahasverus, dan Ephestia. Serangan
Carpophilus tersendiri tidak begitu merugikan , tetapi dengan adanya komplikasi
serangan dapat menambah rusaknya simpanan.
BAB IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil beoekologi hama pasca panen diatas dapat disimpulkan bahwasanya
kerugian yang didapat oleh petani khususnya dalam proses penyimpanan digudang
hampir 35 % mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas hasil panen seperti, buah-buahan,
biji-bijian. Baik berupa tanaman pangan, holtikultura, maupun tanaman
perkebunan. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk mencegah terjadinya
gejala-gejala serangan hama yang dapat berdampak negatif bagi hasil panen yang
mengakibatkan menurunnya kualitas maupun kuantitas hasil panen.
4.2
Saran
Agar dapat terhindar dari gejala serangan hama khususnya pada hama gudang, maka
perlu adanya suatu tindakan bagaimana untuk lebih memperhatikan kondisi gudang
maupun pada hasil itu sendiri disaat melakukan proses penyimpanan. Kemudian
mengantisipasi adanya suatu pencegahan berupa pestisida maupun musuh alami.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriya dwi handayani. 2008. BIOLOGI
Carpophilus hemipterus L. (Coleoptera: Nitidulidae) pada Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Universitas brawijaya Fakultas pertanian Jurusan hama dan
penyakit tumbuhan Program studi hama dan penyakit tumbuhan. Malang.
Syamsuddin. 2008. Bioekologi Hama
Pasca Panen Dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Sulawesi Selatan.
Supartha Utama. 2006. Pengendalian
Organisme Pengganggu Pascapanen Produk Hortikultura dalam Mendukung GAP. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. Bali.
Suparjo. 2011. Kerusakan Bahan Pakan Selama
Penyimpanan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Jambi. Sumatra.
Sylvia sjam. 2007. Pengelolaan Hama Pasca
Panen Untuk Memenuhi Tuntutan Perdagangan Internasional. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UNHAS. Sulawesi selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar